Minggu, 24 Oktober 2010

Terms Of Reference Diskusi Panel : Globalisasi bisnis vs Pengusaha Indonesia (Kawan atau lawan)

Globalisasi bisnis atau dalam ilmu ekonomi sering dikatakan sebagai globalisasi ekonomi sering sekali menjadi perdebatan yang cukup serius dikalangan akademisi atau praktisi, hal ini karenakan banyaknya pandangan-pandangan yang positif dan sangat berantusias namun tidak sedikit pula yang mengicingkan mata serta psimistis oleh adanya Globalisasi dibidang perekonomian ini.
Oleh karena itu, Ilmu ekonomi dan studi pembangunan akan mencoba memahami dan meninjau lebih dalam mengenai hal ini, dengan menyertakan ciri atau perspektif khas dari Ilmu Ekonomi dan studi Pembangunan yang mana akan dibahas beberapa hal secara lebih khusus mengenai kebijakan serta penyelesaiaan yang harus dicari dalam menghadapi globalisasi ekonomi.
A.    Apa itu Globalisasi Bisnis atau Globalisasi ekonomi?

Globalisasi bisnis atau globalisasi ekonomi adalah dimana setiap Negara mamungkinkan melakukan bisnis atau kegiatan ekonomi yang meliputi bidang barang dan jasa dengan melintasi batas-batas penghambat, baik secara geografis maupun tariff. Oleh karena itu perlu kesiapan yang matang dalam melakukan perdagangan antar Negara, harus ada kesiapan struktur ekonomi yang kuat secara menyeluruh dan merata untuk melakukan praktik ekonomi terbuka ini.

B.    Badan apa saja yang menyangkut perekonomian atau perdagangan global ini?

1.    World Trade Organization (WTO) atau Organisasi Perdagangan Dunia merupakan satu-satunya badan internasional yang secara khusus mengatur masalah perdagangan antar negara. Sistem perdagangan multilateral WTO diatur melalui suatu persetujuan yang berisi aturan-aturan dasar perdagangan internasional sebagai hasil perundingan yang telah ditandatangani oleh negara-negara anggota. Persetujuan tersebut merupakan kontrak antar negara-anggota yang mengikat pemerintah untuk mematuhinya dalam pelaksanaan kebijakan perdagangannya. Walaupun ditandatangani oleh pemerintah, tujuan utamanya adalah untuk membantu para produsen barang dan jasa, eksportir dan importer dalam kegiatan perdagangan.Indonesia merupakan salah satu negara pendiri WTO dan telah meratifikasi Persetujuan Pembentukan WTO melalui UU NO. 7/1994.

2.     GATT (General Agreement on Tariffs and Trade) atau perjanjian umum tentang tarif-tarif dan perdagangan didirikan pada tahun 1948 di Genewa, Swiss. Pada waktu didirikan, GATT beranggotakan 23 negara, tetapi pada saat sidang terakhir di Marakesh pada 5 April 1994 jumlah negara penandatangan sebanyak 115 negara. Kesepakatan dalam GATT yang mulai berlaku sejak 1 Januari 1948 tertuang dalam tiga prinsip, yaitu:
§  Prinsip resiprositas, yaitu perlakuan yang diberikan suatu negara kepada negara lain sebagai mitra dagangnya harus juga diberikan juga oleh mitra dagang negara tersebut.
§  Prinsip most favored nation, yaitu negara anggota GATT tidak boleh memberikan keistimewaan yang menguntungkan hanya pada satu atau sekelompok negara tertentu.
§  Prinsip transparansi, yaitu perlakuan dan kebijakan yang dilakukan suatu negara harus transparan agar diketahui oleh negara lain.
Sesuai dengan perkembangannya, masing-masing negara anggota GATT menghendaki adanya perdagangan bebas. Pada pertemuan di Marakesh, Maroko 5 April 1994 GATT diubah menjadi World Trade Organization (WTO) mulai tanggal 1 Januari 1995.
Dalam skema perdagangan internasional hal yang paling mudah kita lihat dalam memahami hal ini serta kondisi Negara kita adalah melalui ekspor dan impor

Tabel Ekspor
Tabel Ekspor Menurut Bulan, Tahun 2010
Table Export by Month, Year 2010
Bulan/Month
Nilai/Value (US $)
Berat/Weight (KG)
Januari/January
11 595 867 120
43 728 031 415
Pebruari/February
11 166 450 436
34 365 506 564
Maret/March
12 774 365 884
42 805 393 284
April/April
12 035 247 591
37 246 261 411
Mei/May
12 619 125 277
39 517 382 367
Juni/June
12 330 114 499
39 882 450 381
Juli/July
12 486 972 905
36 176 018 308
Agustus/August
0
0
September/September
0
0
Oktober/October
0
0
Nopember/November
0
0
Desember/December
0
0
T O T A L
85 008 143 712
273 721 043 730
grafik1.php (1).pnggrafik1.php.png


Tabel Impor Bulanan
Tabel Impor Menurut Bulan, Tahun 2010
Table Import by Month, Year 2010
Bulan/Month
Nilai/Value (US $)
Berat/Weight (KG)
Januari/January
9 490 458 938
8 244 314 490
Pebruari/February
9 498 139 407
8 087 892 289
Maret/March
10 972 641 400
8 994 268 257
April/April
11 235 788 469
9 322 467 216
Mei/May
9 980 350 088
8 562 152 396
Juni/June
11 760 001 067
10 011 964 480
Juli/July
12 625 936 085
9 877 129 572
Agustus/August
0
0
September/September
0
0
Oktober/October
0
0
Nopember/November
0
0
Desember/December
0
0
T O T A L
75 563 315 454
63 100 188 700
imp2.pngimp2.png

Tabel dan grafik diatas adalah gambaran ekspor-impor negara kita dalam beberapa bulan terakhir, berdasarkan statistik diketahui bahwa total ekspor kita lebiah besar. Namun hal ini tidaklah menandakan bahwa Negara kita adalah Negara eksportir di dunia, dan ini pula gambaran hanya beberapa peride saja, jadi tidak dapat dijadikan landasan nasional secara menyeluruh. meski rasio ekspor-impor menunjukan nilai positif. Indonesia memang Negara pengekspor komoditas tertentu, namun rata-rata adalah bahan baku yang nantinya diperuntukan indutri luar negeri. Hal inilah yang membuat Indonesia memiliki anomaly kondisi perekonomian, dimana kita semua tahu bahwa perekonomian Indonesia juka mengacu pada GDP tentu menunjukan hal sangat positif dengan pertumbuhan diatas rata-rata namun lagi-lagi ini tidak mewakili perekonomian nasional apalagi kesejahteraan ekonomi masyarakat.
Kebijakan-kebijakan pemerintah dalam Ekonomi:
Kebijakan Fiskal :
Kebijakan fiskal (Fiscal Policy) adalah kebijakan pemerintah dengan menggunakan belanja negara dan perpajakan dalam rangka menstabilkan perekonomian.
Tujuan Kebijakan Fiskal
Tujuan dari kebijakan fiskal yaitu:
  1. Untuk meningkatkan produksi nasional (PDB) dan pertumbuhan ekonomi.
  2. Untuk memperluas lapangan kerja dan mengurangi pengangguran.
  3. Untuk menstabilkan harga-harga barang, khususnya mengatasi inflasi.
Perangkat Kebijakan Fiskal
Ada dua perangkat kebijakan fiskal yaitu:
  1. Belanja/pengeluaran negara (G = Government Expenditure)
  2. Perpajakan (T = Taxes)
  3. Subsidi
Jenis-jenis Kebijakan Fiskal
  1. Kebijakan fiskal ekspansif (expansionary fiscal policy): menaikkan belanja negara dan menurunkan tingkat pajak netto. Kebijakan ini untuk meningkatkan daya beli masyarakat . Kebijakan fiskal ekspansif dilakukan pada saat perekonomian mengalami resesi/depresi dan pengangguran yang tinggi.
  2. Kebijakan fiskal kontraktif: menurunkan belanja negara dan menaikkan tingkat pajak. Kebijakan ini bertujuan untuk menurunkan daya beli masyarakat dan mengatasi inflasi.
Dalam praktik perekonomian di Indonesia kebijakan fiskal baik ekspansif maupun kontraktif adalah instrument ekonomi yang berfungsi sebagai pengendali, namun apabila kita mau sedikit mencermati kebijakan ini serta fenomena yang ada di Indonesia sendiri kebijakan fiskal yang kita miliki justru tidak mampu memberikan kondisi yang lebih baik terutama dalam konteks keadaan kita yang sedang dipaksa menghadapi pasar bebas.
Dampak begutu terasa terhadap masyarakat, terutama masyarakay produksi. Kita ambil beberapa kebijakan yang menunjukan kontradiktif antara instrument kebijakan sendiri dan masyarakat produksi atau pengusaha yang khusus kita bahas saat ini.
Pertama adalah pajak, di Indonesia pajak adalah sumber pendapatan negara terbesar, sifat dari pajak adalah paksaan apabila kita kaitkan dengan pengusaha dan dampaknya terhadap daya ekspansi kita ke luar negeri tentu saja ada. Hal ini dapat dilihat dengan begitu sedikitnya masyarakat kita yang terjun menjadi pengusaha, karena di Indonesia cenderung dipersulit dengan tatanan kelembagaan dan administrative seperti pajak. Yang mana pengusaha kita harus dibebani dengan pajak-pajak yang begitu besar.
Pajak yang ditanggung pengusaha akan dijadikan sebagai biaya produksi, dampaknya adalah harga output yang mahal. Disini dapat kita cermati bahwa sebenarnya apapun kebijakan yang diterapkan maka konsumenlah yang sebenarnya dipaksa menanggung. Selain itu tingginya harga merupakan wujud menurunnya daya saing produk kita, dimana semua kita tahu barang-barang impor kadang lebih murah dari barang lokal.
Kedua adalah subsidi, subsidi belakangan ini ramai dibicarakan. Hal atau isu paling dekat adalah pencabutan subsidi BBM premium. Dukungan dan perlawanan terjadi disemua kalangan masyarakat. Namun lagi-lagi suatu kebijakan yang tidak bijak dikeluarkan pemerintah kita. Selama ini pemerintah mengalokasikan APBN negara sebagian adalah untuk subsidi BBM. Subsidi diberikan kepada “semua” konsumen. Artinya tidak ada pembedaan daya beli.n ironisnya kebanyakan pengkonsumsi BBM adalah golongan dengan daya beli yang cukup tinggi. Artinya pemerintah sedang memberikan subsidi kepada orang-orang kaya yang memiliki kendaraan, padahal coba kita lihat, dampak dari BBM bukan hanya untuk orang yang meiliki kendaraan bermotor.
Rencana pemerintah yang ingin mencabut subsidi sebenarnya sudah tepat, namun perlu satu langkah strategis lagi. Pemerintah berencana mencabut semua subsidi premium atau BBM. Wacana yang dilontarkan berupa kuota, zero subsidy, plat dll. Kebijakan ini baru dijadikan rencana.
BBM erat kaitannya dengan kegiatan usaha. Karena BBM adalah barang input bagi produsen, dengan adanya pencabutan subsidi BBM secara tidak langsung pemerintah memaksa para produsen menjual produk dengan harga lebih mahal, ini pula yang menyebabkan produk kita kurang diminati Karen kebijakan-kebijakan yang dibuat hanya menghasilkan “high cost economics” bagaimana kita bisa menjual dan bersaing di pasar bebas apabila harga barang dari luar negeri lebih murah dan berkualitas???
Kebijakan Moneter adalah kebijakan pemerintah untuk mengendalikan jumlah uang beredar, tingkat bunga, dan perkreditan dalam rangka mengendalikan perekonomian.Kebijakan moneter Indonesia diputuskan dan dilakukan oleh Bank Sentral yaitu Bank Indonesia. Dalam bahasan kali ini kita akan membahas kebijakan yang kaitannya kuat dengan dunia usaha dan tentu saja perdagangan bebas.
Kebijakan moneter yang kaitannya kuat antara bisnis dan pasar bebas adalah tingkat bunga. Karena tingkat bunga mempengaruhi langsung terhadap pasar. Kronologi dari hal ini dapat kita lihat saat ada gejolak naik turunnya tingkat bunga bank, saat bunga bang tinggi liquidity preference dari masarakat untuk memegang uang pun jadi rendah, masyarakat akan memilih untuh menyimpan uangnya di bank dan tidak membelanjakan uang nya untuk hal-hal ekonomi, namun coba kita amati saat bunga bank rendah, masayarakat akan memilih untuk melakukan pinjaman kredit bank dan memakai uangnya, saat inilah baunga bank berperan dalam hal menciptakan daya saing produk terhadap pasar bebas
Saat bunga bank rendah, pengusaha mampu melakukan produksi dengan biaya yang rendah pula, sehingga harga jual produk dapat ditekan, artinya barang kita setidaknya mampu bersaing dalam harga dengan produk asing, selain itu pengusaha memiliki keberanian dalam melakukan ekspansi usahanya itu.

Rabu, 13 Oktober 2010

Trade off Lingkungan dan Ekonomi


Lingkungan Hidup dan Ekonomi
(Trade off atau bukan)


Indonesia menduduki urutan ketiga pada daftar negara-negara yang mengeluarkan gas rumah kaca terbanyak di dunia, menyusul Amerika Serikat dan Cina. Ini terutama akibat pengeringan dan penghancuran tanah gambut di Sumatra dan Kalimantan. Emisi zat asam arang mencapai 2000 juta ton per tahun. Demikian hasil penelitian Wetlands International, organisasi yang bergerak di bidang pelestarian dan pengelolaan lahan basah di dunia, serta laboratorium hidrolika di Delft, Belanda.



Dua milyar ton

Hasil penelitian ini akan diungkapkan pekan depan pada konperensi iklim PBB di Nairobi, Afrika. Sudah lama diketahui bahwa tanah gambut di Indonesia berpengaruh pada efek gas rumah kaca. Tapi baru tahun ini, emisi gas rumah kaca untuk pertama kali benar-benar diukur oleh perusahaan Belanda, Delft Hydraulics. Dan hasilnya sangat mengejutkan. Akibat pengeringan tanah serta kebakaran hutan dan kebakaran tanah gambut, pancaran gas asam arang mencapai dua milyar ton. Ini adalah sepersepuluh dari jumlah total emisi karbon dioksida di seluruh dunia.

Awalnya diperkirakan masalah emisi gas rumah kaca di Indonesia hanya berdampak regional atau lokal saja. Tapi bahwa masalah ini juga berdampak global, sama sekali tidak terduga. Demikian Marcel Silvius dari Wetlands International, organisasi yang bergerak di bidang pelestarian dan pengelolaan lahan basah di dunia.



Kebakaran tanah gambut dan pengeringan
Perindustrian di Indonesia tidak banyak. Karena itu, emisi CO2 dari industri tidak besar pula. Sebelum penelitian terbaru, Indonesia masih menempati urutan ke-21 pada daftar negara-negara dengan pancaran gas rumah kaca terbesar di dunia. Kini setelah juga diukur emisi akibat kebakaran tanah gambut, maka Indonesia menempati urutan ke-3, menyusul Amerika Serikat dan Cina.

Sepersepuluh dari seluruh pancaran zat asam arang di dunia, datang dari Indonesia. Ini adalah tiga kali lebih banyak ketimbang emisi asam arang di Jerman serta 10 kali lebih banyak dari emisi asam arang Belanda dan sebanding dengan emisi gas rumah kaca di India.
Proses pembentukan tanah gambut makan waktu 5 sampai 10 ribu tahun. Tanah itu menampung kadar tinggi asam arang. Yang sekarang terjadi adalah bahwa akibat penebangan hutan serta pengeringan tanah gambut untuk dijadikan ladang peternakan, wilayah itu mengering, dan cepat sekali terbakar. Ini menyebabkan asap tebal dan proses terjadinya gas rumah kaca.


Satu-satunya jalan
Ketika hasil penelitian ditunjukkan pada pelbagai organisasi lingkungan hidup, mereka sangat terkejut. Yang juga memprihatinkan adalah bahwa bukan hanya kebakaran hutan saja yang menyebabkan pancaran gas asam arang, melainkan juga proyek-proyek pengeringan tanah di Indonesia. Ini berarti bahwa walau kebakaran hutan dapat dikendalikan, emisi asam arang terus berlanjut. Satu-satunya jalan untuk mengatasi masalah ini adalah untuk kembali mengalirkan air ke wilayah-wilayah ini.




Kelapa sawit
Salah satu penyebab penting emisi CO2 adalah perkebunan kelapa sawit yang ditanam di tanah gambut. Permintaan akan minyak kelapa sawit dan kayunya sangat besar. Produk-produk ini hanya tumbuh di tanah kering. Karena itu dilakukan proses pengeringan. Ini menyebabkan emisi gas rumah kaca. Selain itu tanah rentan kebakaran.

Dampaknya bisa berlangsung sedikitnya 50 tahun, kalau tidak dibuat apa-apa. Dan apabila proses ini berlangsung sedikitnya 30 tahun, maka emisinya CO2 bisa berlipat ganda.
Ini bukan hanya masalah global. Tapi juga berdampak terhadap orang-orang yang tinggal di sekitarnya. Pemerintah Singapura telah memprotes pada pemerintah RI. Seluruh kawasan diselimuti asap. Orang-orang setempat mengalami gejala-gejala asma. Matahari jarang sekali kelihatan.




Stop penebangan hutan
Yang harus dilakukan adalah menghentikan penebangan hutan, baik reguler maupun ilegal. Negara-negara Barat bisa membantu dalam hal ini, yaitu dengan mengurangi impor produk dari kawasan tersebut. Kelapa sawit tidak ditanam lagi di tanah gambut tapi di tanah lain, dan mengatur pengelolaan air.

Mengapa masalah emisi gas rumah kaca di Indonesia baru sekarang diteliti? Pertama karena kurangnya informasi mengenai pengaruh tanah gambut terhadap emisi gas aram arang. Yang kedua, orang mengira sebagian besar Indonesia masih terdiri dari hutan tropis, padahal sudah tidak demikian lagi. Separuh hutannya telah ditebang habis, untuk dijadikan tanah gambut.
Angka-angka penelitian ini akan diserahkan pada konperensi iklim PBB di Nairobi pekan depan. Menurut organisasi-organisasi lingkungan hidup perlu diambil tindakan secepatnya.


Asap Kendaraan Bermotor
Seperti yang kita ketahui, sering sekali kita menjumpai kendaraan yang mengeluarkan asap tebal, anehnya dikota-kota besarpun juga demikian seperti ditenpat saya tinggal(BANDUNG) secara langsung dampak bagi lingkungan pun terasa, polusi udara yang tinggi, hal ini seharusnya ada upaya pemerintah yang nyata untuk menanggulngi polusi oleh kendaraan bermotor, yang lebih memperihatinkan lagi, ternyata kendaraan milik pemerintahlah yang lebih banyak mencemari udara, seperti Bus umum ''DAMRI" yang mana kita tahu sepertinya sudah tidak layak operasi lagi.

namun kita harus yakin dan memberikan dukungan kepada pemerintah agar permasalahan lingkungan ini dapat teratasi, tanpa mengabaikan aspek ekonomi yang selama ini selalu menjadi Trade Off antar pertumbuhan ekonomi dan Lingkungan hidup, karena pertumbuhan ekonomi sangat penting demikina pula dengan terciptanya Sustainable Development agar pembangunan ekonomi dapat terjadi secara berkelanjutan tanpa merugikan generasi yang akan datang.

Salam Mahasiswa..........




Wujud ketidakmampuan dalam swasembada beras

Pengurangan Konsumsi Nasi Demi Ketahanan Pangan


Beras...adalah sumber makanan pokok masyarakat Indonesia yang sudah terjadi puluhan tahun lamanya, berawal dari NASIONALISASI(gerakan makan nasi) oleh pemerintah orde baru yang dampaknya hingga saat ini. Bahkan masyarakat Indonesia juga punya tradisi yang lucu, yaitu "belom makan kalo belom makan nasi". Hal yang wajar dan boleh-boleh saja. namun hal ini tentunya juga memperihatinkan, karena notabene negara kita pengen melabelkan diri sebagai negara agraris, tapi kita sendiri kekurangan pangan berupa beras


banyak yang melontarkan alasan bahwa Indonesai kekurangan beras dikarenakan lahan pertanian yang semakin menyempit karena terdesak oleh perumahan-perumahan atau gedung-gedung perkantoran. namun ini adalah kelucuan bagi saya sebab jika ditelaah lebih jauh, lahan kita masih sangat luas, hanya saja pengolahannya dibidang pertanian sangat kurang. 


pemerintah kemarin menghimbau masyarakat indonesia untuk mengurangi makan beras, sebenarnya tidak ada salah nya, namun perlu disadari untuk merubah kebiasaan ini tidaklah mudah, ada periode masa yang perlu disikapi dengan cermat melului kebijakan yang bijak dari pemerintah. 


karena sebenarnya ita mampu melakukan swasembada beras seperti periode lalu, namun tidak diupayakan, hanya wacana-wacana hebat saja yang terlontar, bagaimana kita bisa swasembada beras???sedangkan kita atau pemerintah membiarkan saja para produsen beras dari negara-negara lain dengan lenggang kangkung bisa masuk ke pasar kita, artinya tidak ada perlindungan kepada petani beras, mau atau tidak, teima atau tidak, siap atau tidak ini adalah dampak dari masuknya produk asing(beras) ke Indonesia, seperti dari Thailand, Philipine, vietnam atau India.


sebagai mahasiswa saya tetap optimis dengan kemampuan para petani Indonesia untuk menyediakan akan kebutuhan beras kita, bahkan saya yakin kita bisa menjaadi Eksportir beras di ASIA suatu saat nanti apabila tentu saja dengan adanya dukungan pemerintah yang nyata melalui "kebijakan yang bijak" dari pemerintah kita.
amin......................................
salam Mahasiswa

Kajian Ekonomi UNPAR

Salam Mahasiswa...!!!!
Jika kamu ingin menguasai suatu negara maka kuasai duku EKONOMINYA....
sepertinya hal yang wajar, karena ekonomi adalah pilar suatu negara bisa dianggap besar
inilah awal terciptanya blog ini dimana suara hati mahasiswa ekonomi dalam tersalurkan....